Skorsing Karyawan, Apakah Tetap Dapat Gaji? Cek di Sini!

Skorsing Karyawan, Apakah Tetap Dapat Gaji? Cek di Sini!
Jobstreet tim kontendiperbarui pada 12 December, 2024
Share

Dalam dunia kerja, ada beberapa perusahaan menerapkan aturan skorsing bagi karyawan yang melakukan pelanggaran tertentu.

Lantas, seperti apa bentuk skorsing karyawan? Apakah artinya karyawan tidak perlu bekerja sehingga tidak mendapat gaji jika terkena skorsing? Ternyata, skorsing karyawan tidak sepenuhnya seperti itu, lho

Meskipun mendapat skorsing dari perusahaan, karyawan tetap memiliki hak dan kewajiban tertentu. Ketentuan soal itu bahkan tertulis dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. 

Agar tidak bertanya-tanya lagi, yuk, kita pelajari bersama topik skorsing karyawan! Baca artikel ini sampai selesai untuk informasi selengkapnya, ya! 


⁠Apa Itu Skorsing Karyawan?
 

Skorsing karyawan adalah tindakan pemberhentian sementara seorang pegawai dari pekerjaannya selama jangka waktu tertentu. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skorsing artinya menghentikan untuk sementara waktu. 

Hal itu juga telah dijelaskan dalam Pasal 55 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Secara garis besar, skorsing dapat dipahami sebagai penangguhan aktivitas kerja karyawan. 

Selain itu, skorsing juga berfungsi sebagai tindakan preventif atau bagian dari proses disiplin untuk melindungi keamanan dan kenyamanan di tempat kerja.

Biasanya, perusahaan akan melakukan investigasi terhadap pelanggaran karyawan lebih dulu sebelum memberikan skorsing. Kemudian, karyawan punya kesempatan untuk memberikan penjelasan atas pelanggaran tersebut. 

Namun apabila hasilnya buruk, bukan tidak mungkin akan berakhir dengan pemutusan hubungan kerja. 


⁠Alasan Skorsing
 

Seorang wanita tampak kalut karena terkena skorsing karyawan dari perusahaan. (Image by jcomp on Freepik)

Ketika menjatuhkan skorsing untuk karyawan, perusahaan tentu tidak melakukannya sembarangan. Ada beberapa alasan penting mengapa perusahaan mungkin memberlakukan skorsing, di antaranya: 

1. Pelanggaran kedisiplinan 

Skorsing dapat diberlakukan untuk pelanggaran aturan atau kedisiplinan yang serius dan berulang. Contoh pelanggaran ini meliputi: 

  • Tidak menjalankan tugas sesuai deskripsi pekerjaan.
  • Penyalahgunaan hak karyawan.
  • Berulang kali datang terlambat tanpa alasan jelas.
  • Pelecehan dan diskriminasi terhadap rekan kerja 

2. Performa kerja yang buruk 

Penurunan performa kerja merupakan hal yang umum terjadi pada karyawan. Meski begitu, bukan berarti kamu boleh mendiamkannya begitu saja. Apalagi, performa yang buruk berpotensi mengganggu kualitas dan efisiensi kerja perusahaan. 

Biasanya, perusahaan akan memberi kesempatan kepada karyawan untuk memperbaiki performa kerja. Namun, apabila tetap tidak mampu memenuhi standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu, karyawan bisa terkena skorsing karena dianggap merugikan perusahaan.

3. Pelanggaran etika dan integritas 

Pelanggaran etika dan integritas di tempat kerja juga bisa berujung pada skorsing. Pasalnya, integritas yang rendah akan berdampak buruk pada lingkungan kerja dan reputasi perusahaan. Adapun beberapa contoh pelanggaran etika dan integritas dalam dunia kerja adalah:

  • Penipuan.
  • Pemalsuan data terkait pekerjaan.
  • Pencurian fasilitas perusahaan.
  • Membocorkan rahasia perusahaan.

4. Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 

Isu terkait kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) atau melanggar prosedur K3, juga dapat mengakibatkan skorsing.

Tujuan utama penerapan prosedur K3 dalam perusahaan adalah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat untuk setiap karyawan. Tidak hanya itu, penerapan K3 juga merupakan tindak preventif untuk mengurangi risiko penyakit dan kecelakaan kerja.

Itulah kenapa pelanggaran aturan K3 merupakan masalah serius yang bisa menyebabkan skorsing atau bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK).


⁠Apakah Karyawan yang Diskors Masih Menerima Gaji?
 

Lantas, apa yang terjadi jika karyawan mendapatkan sanksi skors dari perusahaan akibat alasan-alasan di atas? Apakah karyawan tersebut berhak menerima gaji? 

Selama masa skorsing, karyawan masih berstatus sebagai pegawai di perusahaan. Namun, ia tetap memiliki hak dan kewajiban tertentu selama masa skorsing berlangsung. 

Berikut adalah informasi lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban karyawan yang diskors: 

Hak karyawan yang diskors 

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah RI Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan tentang Pengupahan, seorang karyawan yang diskors tetap memiliki hak atas gaji selama hubungan kerja dengan perusahaan belum berakhir. 

Adapun hubungan kerja akan dianggap berakhir ketika ada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang resmi.

Dengan demikian, karyawan yang diskors tetap berhak menerima gaji selama masa skorsing. Selain itu, karyawan juga berhak atas hak-hak lain yang tercantum dalam kontrak, seperti: 

  • Tunjangan hari raya (THR) 
  • Hak cuti yang belum digunakan 

Berbagai hak di atas tetap berlaku selama masa skorsing, sesuai dengan ketentuan dalam kontrak atau perjanjian kerja

Kewajiban karyawan yang diskors 

Skorsing merupakan salah satu cara perusahaan untuk menegakkan disiplin kerja. Meski begitu, skorsing biasanya bukan langkah pertama yang diambil dalam menangani pelanggaran. 

Prosesnya sering dimulai dengan surat peringatan atau teguran terlebih dulu. Setelah itu, perusahaan biasanya akan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk introspeksi dan memperbaiki perilakunya. 

Jika karyawan mengulangi pelanggaran atau melakukan pelanggaran yang lebih berat, barulah perusahaan mempertimbangkan sanksi skorsing.

Umumnya, perusahaan akan mengadakan penyelidikan untuk memastikan bahwa memang terjadi pelanggaran. 

Selama masa skorsing dan proses penyelidikan, karyawan tetap memiliki kewajiban untuk bersikap kooperatif. 

Dalam situasi itu, karyawan tetap wajib mengikuti aturan skorsing yang berlaku di tempat kerja.

Selain itu, karyawan juga harus tetap kooperatif selama penyidikan berlangsung. Karyawan harus menjawab setiap pertanyaan dengan jujur agar perusahaan bisa mengambil tindakan yang tepat. 


⁠Dampak Skorsing Terhadap Karyawan
  

Seorang pria tampak bingung dan lelah setelah terkena skorsing karyawan dari perusahaan. (Image by jcomp on Freepik)

Skorsing, meskipun bersifat sementara dan masih menjamin hak-hak seperti gaji dan tunjangan, sering kali berdampak besar pada kondisi psikologis karyawan. 

Sebagai bentuk sanksi, skorsing tidak hanya memengaruhi aspek profesional, tetapi juga aspek emosional dan mental seorang karyawan. Berikut adalah beberapa dampak skorsing bagi karyawan: 

  • Penurunan motivasi dan produktivitas 
    Karyawan yang mengalami skorsing biasanya akan merasa tertekan. Pada akhirnya, hal itu akan memengaruhi semangat kerjanya. Rasa tidak semangat tersebut tentunya dapat menurunkan produktivitas serta mengganggu performa kerja ketika karyawan kembali bekerja.
  • Keraguan terhadap skill dan kompetensi 
    Terkena skorsing juga bisa membuat seorang karyawan mempertanyakan kompetensi dan keterampilan kerjanya. Hal ini bisa memicu kecemasan dan ketidakpercayaan diri. Jika dibiarkan berlarut-larut, itu bisa mengganggu kualitas kerja dan keyakinan karyawan terhadap diri sendiri.
  • Peningkatan stres dan risiko depresi 
    Dampak lain skorsing adalah karyawan bisa merasa cemas terhadap masa depan kariernya. Dalam beberapa kasus, tekanan psikologis ini bisa berkembang menjadi stres, bahkan depresi. Apalagi jika karyawan merasa dikucilkan atau tidak memperoleh dukungan dari perusahaan. 
  • Risiko Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 
    Dalam kondisi tertentu, skorsing bisa menjadi tahap awal yang mengarah ke PHK. Terlebih, jika pelanggaran yang dilakukan termasuk dalam kategori berat atau berulang. 

Mengingat berbagai dampak buruk di atas, skorsing bisa dikatakan bukanlah hukuman yang ringan. Untuk itulah setiap karyawan wajib mematuhi aturan perusahaan dan bersikap profesional selama bekerja untuk menghindari skorsing serta dampak buruk yang ditimbulkan.


⁠Apa yang Harus Dilakukan Jika Terkena Skorsing?
 

Skorsing adalah momen sulit yang bisa menimpa karyawan. Namun, tetap ada cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya secara profesional. 

Berikut beberapa langkah yang bisa kamu lakukan jika mengalami skorsing di tempat kerja: 

Tetap profesional dan kooperatif 

Skorsing mungkin membuatmu merasa kecewa atau marah. Tetapi, penting untuk tetap menjaga sikap profesional. Usahakan untuk mematuhi prosedur yang ditetapkan perusahaan, ya! 

Ikuti arahan yang diberikan selama masa skorsing berlangsung. Sikap ini bisa menunjukkan bahwa kamu tetap berkomitmen dan menghormati aturan meski sedang berada dalam situasi sulit. 

Gunakan masa skorsing untuk introspeksi 

Masa skorsing bisa menjadi waktu yang bermanfaat untuk melakukan introspeksi. Cobalah mengevaluasi situasi yang membuatmu terkena skorsing, dan temukan cara untuk mencegah hal serupa di masa depan. 

Jadikan masalah itu sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri agar dapat kembali bekerja dengan sikap dan perspektif yang lebih baik. 

Selain introspeksi, kamu bisa memanfaatkan waktu ini untuk mengembangkan keterampilan baru. Mengikuti pelatihan atau kursus yang relevan dengan pekerjaan dapat menjadi nilai tambah yang akan membantumu di masa mendatang.

Bisakah mengajukan banding? 

Jika merasa bahwa skorsing tersebut tidak adil, kamu memiliki hak untuk mengajukan banding. Langkah ini bisa dilakukan dengan menyampaikan keberatan kepada atasan, HRD, atau pihak lain yang terlibat dalam proses skorsing. 

Namun, pastikan kamu mengikuti prosedur yang berlaku di perusahaan, ya. Jangan lupa juga melengkapi argumen dengan bukti yang relevan untuk memperkuat posisimu. 

Menempuh jalur hukum jika diperlukan 

Apabila perusahaan tidak memenuhi hak-hakmu atau tidak mencapai kesepakatan terkait skorsing, ada opsi untuk membawa kasus tersebut ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)

Proses ini memungkinkan perselisihan terkait hubungan kerja diselesaikan secara legal dan formal. 


⁠Kesimpulan
 

Secara garis besar, skorsing karyawan adalah pemberhentian karyawan dari pekerjaan untuk sementara waktu karena alasan tertentu.

Contoh pelanggaran kerja yang bisa berujung skorsing adalah terkait kedisiplinan, performa kerja yang buruk, pelanggaran etika, hingga isu kesehatan dan keselamatan kerja. 

Meski tidak bekerja, karyawan yang diskors tetap memiliki status sebagai pegawai dan berhak menerima gaji serta tunjangan lain sesuai ketentuan kontrak.

Namun, karyawan yang mendapat skorsing punya kewajiban untuk bersikap kooperatif dengan perusahaan agar bisa kembali bekerja dan menyelesaikan masalah.

Jika mengalami skorsing, sikap kooperatif dan refleksi diri sangat dianjurkan agar perbaikan dapat dilakukan. Selain itu, gunakan masa skorsing untuk mengembangkan keterampilan atau pengetahuan baru yang relevan dengan pekerjaan.

Yuk, persiapkan diri kamu untuk menggapai pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK. 

Kamu juga bisa mengakses ribuan konten pembelajaran gratis dari banyak pakar industri di KariKu dalam aplikasi Jobstreet. Butuh teman diskusi soal karier untuk memperluas networking? Gabung Komunitas Jobstreet, sekarang!

Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat.

Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!


⁠Pertanyaan Seputar Skorsing Karyawan
 

  1. Apa itu skorsing karyawan? 
    Skorsing karyawan adalah pemberhentian karyawan dari pekerjaannya untuk sementara waktu karena pelanggaran tertentu.
  2. Apa alasan karyawan kena skorsing? 
    Beberapa alasan karyawan dikenakan skorsing adalah: 
    - Pelanggaran kedisiplinan.
    ⁠- Performa kerja yang buruk.
    ⁠- Pelanggaran etika dan integritas.
    ⁠- Masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
  3. Berapa lama biasanya skorsing berlangsung? 
    ⁠Masa skorsing karyawan bergantung pada kebijakan perusahaan dan tingkat pelanggaran yang dilakukan karyawan. Biasanya, skorsing kerja berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.
  4. Apakah skorsing berdampak pada karier karyawan? 
    ⁠Ya, skorsing dapat berdampak buruk terhadap karier karyawan. Beberapa dampak buruk skorsing bagi karyawan adalah penurunan motivasi dan komitmen kerja terhadap perusahaan, merusak kepercayaan di antara karyawan dan perusahaan, hingga mencoreng reputasi diri sebagai pekerja.
  5. Apakah karyawan yang diskors masih mendapatkan gaji? 
    ⁠Ya, karyawan yang diskors masih mendapatkan gaji dan hak-hal lainnya sesuai perjanjian kerja. Ketentuan terkait hal ini telah tertuang dalam peraturan pemerintah.
  6. Bagaimana cara mengajukan banding atas keputusan skorsing? 
    ⁠Jika ingin mengajukan banding atas keputusan skorsing kerja, kamu bisa menyampaikannya kepada atasan, HRD, atau pihak yang terlibat dalam proses penyidikan.

    ⁠Kemudian, ikuti prosedur dan kebijakan yang berlaku di perusahaan. ⁠Apabila tidak menemukan titik temu atau perusahaan gagal memenuhi hakmu, kamu bisa memproses masalah tersebut melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
  7. Seperti apa peraturan skorsing karyawan di Indonesia? 
    ⁠Di Indonesia, peraturan skorsing karyawan dijelaskan dalam Pasal 55 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Menurut UU tersebut, sanksi skorsing merupakan bagian dalam proses PHK akibat pelanggaran. Artinya, karyawan dengan sanksi skors telah membuat kesalahan yang merugikan perusahaan.

    ⁠⁠Untuk mencegah potensi terjadinya pelanggaran lebih lanjut, perusahaan bisa menghentikan pekerjaan karyawan sementara waktu sebelum pada akhirnya melakukan PHK.
  8. Apakah skorsing karyawan sama dengan PHK? 
    Skorsing karyawan berbeda dari PHK. Namun, menurut Pasal 55 Ayat 3 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tindakan skorsing adalah tindakan dari proses PHK.
  9. Apa bedanya skorsing dan pemecatan karyawan? 
    Skorsing adalah pemberhentian karyawan dari pekerjaannya untuk sementara waktu karena pelanggaran tertentu. Selama masa skorsing, hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan masih terjalin. Artinya, perusahaan tetap wajib memberikan gaji dan hak-hak lain kepada karyawan yang mendapat sanksi skorsing tersebut.

    ⁠Sementara itu, pemecatan karyawan adalah pemberhentian karyawan bersifat permanen oleh pihak perusahaan. Karena pemecatan bersifat permanen, hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan akan terputus. Jadi, perusahaan tidak lagi wajib memberikan gaji dan benefit lainnya kepada karyawan.

More from this category: Hak ketenagakerjaan kamu

Telusuri istilah pencarian teratas

Tahukah Anda bahwa banyak kandidat yang menyiapkan resume dan meneliti suatu industri dengan menjelajahi istilah pencarian teratas?

Berlangganan Panduan Karir

Dapatkan saran karier dari ahli yang dikirimkan ke kotak masuk Anda.
Dengan memberikan informasi pribadi Anda, Anda menyetujui Pemberitahuan Pengumpulan dan Kebijakan Privasi. Jika Anda berusia di bawah 21 tahun, Anda memiliki izin dari orang tua agar Jobstreet dan afiliasinya memproses data pribadi Anda. Anda dapat berhenti berlangganan kapan saja.