Full stack developer adalah profesi yang bekerja mengembangkan website atau aplikasi secara menyeluruh.
Sebagai full stack developer, tanggung jawabmu membangun dan mengelola aspek aplikasi atau web.
Cakupan tugasnya termasuk pengembangan front-end (tampilan depan), back-end (logika dan database), hingga infrastruktur pendukung.
Dengan pekerjaan yang cukup kompleks, seorang full stack developer bisa mendapatkan gaji sekitar Rp6,3 juta hingga Rp9,3 juta per bulan.
Angka itu tentu bisa lebih tinggi tergantung dari pengalaman dan industrinya.
Nah, jika tertarik menekuni profesi full stack developer, kamu tentu harus memiliki skill yang relevan. Apa saja skill yang harus dikuasai untuk menjadi full stack developer?
Temukan jawabannya dalam artikel ini. Yuk, kita pelajari bersama!
Apakah kamu pernah bertanya, lulusan jurusan apa yang bisa menjadi full stack developer?
Umumnya, full stack developer berasal dari jurusan Sistem Informasi, Teknik Informatika, atau Ilmu Komputer.
Namun, sebenarnya lulusan dari jurusan mana pun berpeluang menjadi full stack developer.
Asalkan, kamu memiliki kemauan untuk belajar dan berlatih secara intensif. Untuk menjadi seorang full stack developer yang handal, ada beberapa skill dasar yang harus dikuasai, yaitu:
Menguasai konsep dasar pemrograman sangat penting untuk profesi full stack developer. Konsep ini termasuk variabel, tipe data, dan kontrol alur (seperti if-else dan looping).
Selain itu, pengetahuan tentang algoritma dan struktur data juga tak kalah penting. Kemampuan ini akan membantu dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang efisien dan optimal.
Full stack developer perlu menganalisis kebutuhan pengguna dan mencari solusi yang sesuai dengan spesifikasi aplikasi. Jadi, kamu akan membutuhkan skill problem solving dan analisa yang kuat.
Kemampuan ini juga penting dalam mengidentifikasi bug hingga memperbaikinya.
Pada akhirnya, developer dengan analisis yang kuat dapat mengembangkan fitur atau fungsi baru yang relevan. Selain itu, kamu juga bisa menangani kendala teknis dengan lebih mudah.
Pengembangan software tidak hanya melibatkan aspek teknis, tetapi juga kerja sama tim. Sebagai full stack developer, kamu harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Skill ini mencakup berbicara dengan jelas, mendengarkan aktif, serta kemampuan untuk memberikan dan menerima feedback yang konstruktif.
Selain skill dasar, full stack sebenarnya harus belajar apa saja, ya? Nah, salah satu yang wajib kamu kuasai adalah bahasa pemrograman.
Pasalnya, kamu harus mampu bekerja di sisi front-end maupun back-end pengembangan aplikasi. Jadi, penguasaan berbagai bahasa pemrograman menjadi dasar yang esensial.
Bahasa pemograman itulah yang nantinya akan kamu input dan kembangkan dalam software.
Berikut beberapa bahasa pemrograman yang penting untuk dipelajari:
HTML dan CSS adalah bahasa pemrograman yang menjadi pondasi pengembangan web modern.
HTML (HyperText Markup Language) digunakan untuk membangun struktur halaman web.
Struktur ini meliputi heading, paragraf, tautan, dan elemen lainnya yang menjadi kerangka halaman.
Di lain sisi, CSS mengatur gaya tampilan halaman, seperti warna, ukuran, layout, dan animasi.
Tanpa pemahaman ini, sulit untuk membuat tampilan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Sederhananya, HTML memungkinkan developer menyusun konten yang dapat diakses dan dipahami oleh browser.
Di sisi lain, CSS menjadikan tampilan web lebih menarik dan responsif di berbagai perangkat.
Selain HTML dan CSS, ada juga JavaScript. Bahasa pemrograman ini memungkinkan developer untuk menambahkan interaktivitas ke halaman web. Contohnya seperti animasi, validasi form, atau efek transisi.
Tak hanya itu, JavaScript juga digunakan untuk mengembangkan aplikasi yang kompleks dan dinamis. Caranya dengan memanfaatkan pustaka (library) dan framework tambahan, seperti React.js, Angular.js, dan Vue.js.
Dengan JavaScript, full stack developer dapat mengembangkan halaman menjadi lebih interaktif, mulai dari yang paling sederhana hingga fitur yang kompleks.
Python adalah bahasa pemrograman yang dikenal karena sintaksnya yang mudah dipahami.
Selain itu, Python juga memiliki kemampuan untuk menangani berbagai aplikasi. Fungsinya penting dalam pengembangan back-end dan pemrograman server.
Dengan Python, kamu dapat melakukan integrasi dengan berbagai database dan menangani tugas yang kompleks.
Itulah mengapa python populer untuk machine learning dan data science.
Untuk membangun bagian back-end software, full stack developer juga harus memahami ruby dan PHP.
Secara garis besar, Ruby adalah bahasa pemrograman dinamis yang terkenal dengan framework Ruby on Rails. Fungsinya sering digunakan untuk aplikasi web yang membutuhkan waktu pengerjaan cepat.
Di lain sisi, PHP (Hypertext Preprocessor) banyak digunakan dalam pengembangan web dinamis.
PHP populer di kalangan pengembang web, terutama website berbasis CMS seperti WordPress.
Selanjutnya, kamu juga harus memahami SQL (Structured Query Language).
Secara garis besar, SQL adalah bahasa standar yang digunakan untuk mengelola dan memanipulasi data dalam database relasional seperti MySQL, PostgreSQL, dan SQLite.
Dalam praktiknya, SQL memungkinkan developer untuk menyimpan, mengambil, memperbarui, dan menghapus data dalam aplikasi.
Berbagai fungsi SQL itu nantinya bisa membantu full stack developer untuk menangani penyimpanan dan pengolahan data dalam aplikasi.
Selain bahasa pemrograman dasar, full stack developer juga perlu menguasai framework modern.
Framework adalah struktur kode siap pakai untuk mempercepat pengembangan software. Tujuannya untuk mempercepat pengembangan dan meningkatkan performa aplikasi.
Berikut tiga framework front-end yang populer:
Kamu tentu tahu bahwa software membutuhkan data untuk bisa bekerja dengan baik. Nah, seluruh data tersebut disimpan dalam database.
Itulah kenapa full stack developer juga perlu memahami jenis-jenis database dan waktu penggunaannya.
Berikut adalah pemahaman dasar yang perlu dimiliki mengenai database:
Relational database menyimpan data dalam tabel dengan kolom dan baris yang saling berkaitan.
Kamu bisa menggunakannya untuk data terstruktur yang punya hubungan jelas. Jenis database ini cocok digunakan untuk data yang terstruktur dan memiliki hubungan yang tetap.
Di lain sisi, non-relational database punya skalabilitas horizontal yang baik.
Inilah mengapa non-relational database lebih cocok untuk data tidak terstruktur atau semi-terstruktur. Contohnya, data yang tanpa skema yang tetap, seperti media sosial atau data sensor.
SQL digunakan untuk mengelola data dalam relational database. Bahasa query ini cocok untuk aplikasi yang memerlukan integritas data dan relasi antar data yang kuat.
Berbeda dengan SQL, NoSQL tidak memiliki bahasa query standar. NoSQL lebih fleksibel dalam mengelola data yang tidak terstruktur atau semi-structured.
Biasanya, digunakan pada aplikasi dengan skalabilitas horizontal atau pengolahan data dalam volume besar.
MySQL termasuk salah satu relational database paling populer karena mudah digunakan. Penggunaannya cocok untuk aplikasi kecil hingga besar yang memerlukan sistem manajemen database yang efisien.
Di lain sisi, PostgreSQL adalah relational database yang lebih canggih dibandingkan dengan MySQL.
PostgreSQL mendukung fitur-fitur canggih seperti GIS (Geographic Information Systems) dan JSON. Keduanya memungkinkan penyimpanan data yang lebih kompleks.
Adapun contoh non-relational database selanjutnya adalah MongoDB. Penggunaannya lebih sering untuk aplikasi dengan data tidak terstruktur.
Selain itu, MongoDB juga sangat cocok untuk aplikasi yang berkembang pesat dan memerlukan skalabilitas tinggi.
Ketika membahas apa saja tugas full stack developer, pengembangan back-end termasuk salah satunya.
Karena itu, kamu perlu menguasai teknologi back-end yang mencakup berbagai hal berikut ini:
Arsitektur server mengacu pada bagaimana hardware dan software diatur untuk memproses aplikasi.
Untuk itu, developer perlu memahami bagaimana server berfungsi dan bagaimana aplikasi dapat berkomunikasi dengan server untuk mengelola data.
Di lain sisi, RESTful APIs memungkinkan aplikasi untuk berinteraksi dengan satu sama lain menggunakan HTTP. Ini adalah cara umum untuk menghubungkan sistem yang berbeda dalam aplikasi web.
Node.js adalah platform runtime yang memungkinkan JavaScript dijalankan di luar browser, di sisi server.
Dengan Node.js, full stack developer bisa menulis kode server-side menggunakan JavaScript.
Adapun Express.js adalah framework untuk Node.js yang membantu pembuatan aplikasi web dan API.
Dengan Express.js, pengembangan aplikasi back-end menjadi lebih cepat dan efisien.
Microservices adalah arsitektur aplikasi yang bisa memecah aplikasi menjadi layanan-layanan kecil dan independen.
Masing-masing layanan itu dapat dikelola dan dikembangkan secara terpisah. Hasilnya, itu dapat membuat aplikasi lebih fleksibel dan mudah untuk dipelihara.
Di lain sisi, cloud computing memberikan akses ke sumber daya komputasi melalui internet. Keduanya bekerja untuk membangun aplikasi yang lebih fleksibel dan scalable.
Dalam praktiknya, full stack developer juga bertugas mengembangkan front-end atau tampilan perangkat lunak. Beberapa skill yang dibutuhkan untuk tugas ini adalah:
Desain responsif berarti halaman web harus mampu menyesuaikan tampilan sesuai ukuran layar perangkat, baik desktop, smartphone, atau tablet.
Di lain sisi, mobile-first adalah prinsip desain yang memprioritaskan pengalaman pengguna perangkat mobile.
Full stack developer perlu memahami kedua hal di atas agar bisa menciptakan pengalaman pengguna yang optimal dalam perangkat mobile maupun perangkat lain.
PWA adalah aplikasi web yang memberikan pengalaman pengguna seperti aplikasi native.
Fitur PWA termasuk kemampuan untuk bekerja offline, mengirimkan notifikasi push, dan memiliki waktu muat yang lebih cepat.
Framework JavaScript modern adalah kumpulan kode siap pakai untuk mempercepat pembuatan aplikasi front-end.
Beberapa contohnya adalah Angular, React, dan Vue.js. Dengan framework ini, kamu bisa mengembangkan software dengan lebih efisien.
Selain back-end dan front-end, full stack harus menguasai apa saja? Skill lain yang tak kalah penting dipelajari adalah DevOps.
Ini adalah metode pembuatan software yang mengombinasikan praktik pengembangan (development) dan operasi (operations).
Beberapa aspek dalam DevOps adalah:
Dalam proses CI, setiap perubahan kode akan diuji otomatis untuk memastikan tidak ada kesalahan. Di sisi lain, CD menyebarkan aplikasi ke ekosistem produksi setelah lolos pengujian.
Dengan CI/CD, full stack developer dapat merilis fitur baru lebih cepat dengan minim risiko kesalahan.
Docker adalah platform untuk membuat dan menjalankan aplikasi dalam kontainer.
Adapun Kontainer merupakan unit software independen berisi semua hal penting yang dibutuhkan aplikasi untuk berjalan.
Adapun Kubernetes adalah sistem untuk mengelola dan mengatur aplikasi yang berjalan dalam kontainer.
Dalam praktiknya, Kubernetes dapat membantu dalam pengelolaan skala aplikasi secara otomatis.
Cloud services memungkinkan developer untuk membuat dan menjalankan aplikasi lebih cepat dan fleksibel.
Kamu tidak perlu mengelola infrastruktur fisik dengan adanya cloud. Beberapa contoh cloud services yang bisa kamu gunakan adalah AWS, Azure, atay Google Cloud.
Layanan cloud ini menyediakan berbagai layanan untuk mendukung pengembangan aplikasi di cloud.
Keamanan merupakan aspek yang sangat penting dalam pengembangan aplikasi web.
Artinya, kamu perlu memastikan aplikasi yang dibangun aman dan terlindungi dari ancaman. Berikut beberapa keterampilan keamanan yang perlu dikuasai:
Untuk pengembangan website, gunakan SSL untuk menjamin keamanan komunikasi antara server dan browser. Keamanan web yang perlu kamu ketahui terdiri dari:
Dalam menjaga security apps, kamu harus memahami teknik pengamanan berikut ini:
Authentication adalah proses verifikasi identitas pengguna. Di lain sisi, authorization proses menentukan hak akses pengguna.
Salah satu metode yang sering digunakan untuk konteks ini adalah OAuth. Ini memungkinkan aplikasi untuk mengakses data pengguna di aplikasi lain tanpa membagikan password.
Setelah pengguna terautentikasi, authorization menentukan hak akses pengguna tersebut.
JWT (JSON Web Token) dan SAML (Security Assertion Markup Language) adalah protokol yang umum digunakan untuk mengelola dan memverifikasi hak akses dalam aplikasi.
Version Control System (VCS) adalah alat yang penting untuk melacak dan mengelola perubahan kode selama pengembangan software.
Berikut ini adalah beberapa keterampilan untuk penggunaan VCS:
Git adalah sistem kontrol versi terdistribusi yang memungkinkan kamu melacak perubahan dalam kode sumber. Git membantu tim bekerja bersama secara efisien tanpa mengganggu kode satu sama lain.
Di lain sisi, GitHub adalah platform berbasis web yang menyediakan hosting untuk repositori Git.
Dalam praktiknya, GitHub bisa membantu kamu bekerja secara kolaboratif, mengelola kode, dan berbagi proyek dengan tim atau komunitas.
Branch adalah salinan repositori yang memungkinkan developer untuk mengerjakan fitur baru.
Selain itu, branch juga bisa membantu memperbaiki bug tanpa mengganggu kode utama. Hal itu tentu sangat penting, terutama dalam pengembangan proyek secara paralel.
Di lain sisi, merge conflicts adalah situasi ketika dua orang atau lebih melakukan perubahan pada bagian kode yang sama.
Penyelesaian merge conflict membutuhkan komunikasi dan keterampilan teknis untuk mengintegrasikan perubahan tersebut dengan cara yang tepat.
Untuk menjalankan version control dengan lancar dan efisien, terapkan beberapa best practices berikut:
Selain keterampilan di atas, full stack developer juga perlu menguasai berbagai skill teknis lain berikut ini yang bisa mendukung pengembangan perangkat lunak yang efisien:
Selain berbagai keterampilan teknis di atas, seorang full stack developer juga harus menguasai beberapa soft skills agar dapat bekerja dengan efektif di tim pengembangan.
Beberapa soft skills yang perlu dimiliki antara lain:
Secara garis besar, full stack developer bertugas mengembangkan software secara menyeluruh, mulai dari front-end, back-end, hingga infrastruktur.
Karena punya tanggung jawab besar, seorang full stack developer membutuhkan banyak skill, mulai dari bahasa pemrograman, database, teknologi back-end dan front-end, DevOps, hingga keamanan data.
Tak hanya itu, full stack developer juga perlu menguasai banyak soft skill, seperti komunikasi, manajemen waktu, problem-solving, dan kemampuan adaptasi agar bisa bekerja dengan tim yang multidimensi.
Kamu tertarik bekerja dan membangun karier sebagai full stack developer? Temukan banyak lowongan kerja full stack developer hanya di situs dan aplikasi Jobstreet.
Yuk, persiapkan diri kamu untuk menggapai pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK.
Kamu juga bisa mengakses ribuan konten pembelajaran gratis dari banyak pakar industri di KarirKu dalam aplikasi Jobstreet. Butuh teman diskusi soal karier untuk memperluas networking? Gabung Komunitas Jobstreet, sekarang!
Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat.
Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!